Proses Pembuatan Nitrogen pada Industri Nitrogen
Proses Pembuatan Nitrogen pada Industri
Nitrogen
Bahan mentah yang
paling sering digunakan dalam pembuatan industri Nitrogen adalah Naptha dan
natural gas. Terdapat 6 tahap yang dibutuhkan pada steam reforming menggunakan
metode analitik yaitu: natural gas desulfurization, catalytical steam
reforming, carbon monoxide (CO) shift, carbon dioxide (CO2) removal,
methanation dan ammonia synthesis.
1.
Natural
gas desulfurion
Pada tahap pertama,
Naptha atau Natural Gas (CH4 , C2H6 , C3H8
, C4H10 dan H2S) masuk ke dalam tangki
desulfurizer untuk menghilangkan kadar sulfur sebagai pengotor yang masuk
bersama natural gas. Kadar sulfur harus diturunkan hingga dibawah 280
micrograms per cubic meter (μg/m3) atau setara dengan (122 grams per cubic
feet) pada awal proses karena sulfur dapat mengganggu proses pembuatan amonia
dan dapat meracuni katalis yang akan digunakan, serta jika dibiarkan
keberadaannya akan merusak alat-alat proses operasi karena sulfur bersifat
asam. Karbon aktif atau Zinc Oksida (ZnO) bisa digunakan pada proses
desulfurisasi. Akan tetapi perlu mempertimbangkan pemilihan dari 2 zat
tersebut, karena activated carbon bed dapat turun keefektifannya oleh
hidrokarbon berat yang menimbulkan efek negatif tidak mampunya karbonil sulfida
direduksi oleh karbon bed tersebut. Sedangkan pada Zinc Oksida (ZnO) mampu
secara efektif menyerap dan menurunkan kadar sulfur anorganik (H2S).
Gas hasil keluaran proses desufulizer adalah CH4 , C2H6
, C3H8 dan C4H10.
2.
Catalytic
Steam Reforming
a.
Air
dimasukkan ke dalam steam drum kemudian dipanaskan hingga pada suhu 540°C
(1004°F), agar terbentuk menjadi steam. Kemudian hasil steam tersebut
diteruskan masuk ke dalam primary reformer.
b.
Primary
reformer adalah proses pembuatan gas H2.
Natural Gas
yang telah meninggalkan tangki desulfulizer kemudian memasuki primary reformer
untuk direaksikan dengan steam. Dalam primary reformer, 70% metana akan
dikonversi menjadi H2 dan CO2, sebagian lagi akan terkonvesi menjadi
CO. Reaksi yang berlangsung pada primary reformer dapat dituliskan sebagai
berikut:
CH4(g) + H2O(g) ↔ CO(g)
+ H2(g)
Reaksi terjadi pada tekanan 35
atm, bersuhu tinggi (reaksi endotermis) pada rentang 700°C – 750°C, serta
menggunakan katalis Cobalt-Molibdenium sebagai pembantu pemercepat reaksi.
Gas hasil keluaran proses primary
reformer adalah H2, CO, CH4, C2H6,
C3H8, C4H10.
c.
Kemudian
gas keluaran primary reformer menuju secondary reformer bersama dengan udara
terkompresi pada suhu 540°C atau 1004°F. Tujuan dari tahap secondary reformer
ialah menghilangkan kandungan hidrokarbon. Penurunan kandungan ini dilakukan
dengan mereaksikan hidrokarbon tersebut dengan udara bertekanan dari
compressor. Kemudian reaksi tersebut menimbulkan panas yang bisa digunakan
untuk menghilangkan kandungan hidrokarbon dan memurnikan kandungan N2.
Pada
tahap reaksi secondary reformer dibagi menjadi 2, yaitu:
1)
Seksi oksidadi partial
yaitu dengan mereaksikan semua hidrokarbon dengan oksigen dan menghasilkan
karbondioksida dan air. Reaksinya sebagai berikut:
CH4
(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
C2H6(g)
+ 3/2O2(g) → 2CO2(g) + 3 H2O(g)
C3H8(g)
+ 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(g)
C4H10(g)
+ 13/2O2(g) → 4CO2(g) + 5H2O(g)
H2(g)
+ ½ O2(g) → H2O(g)
CO(g)
+ ½ O2(g) → CO2(g)
2)
Seksi reforming
yaitu dengan mereaksikan methan dengan air yang kemudian menghasilkan karbon
monoksida dan hidrogen. Reaksinya berlangsung sebagai berikut:
CH4(g)
+ H2O(g) ↔ CO(g) + 3H2(g)
Dengan
kondisi reaksi pada tekanan 32 atm, suhu 950°C dengan katalis Cobalt-Molibdenium.
Kandungan gas yang keluar dari secondary reformer adalah H2, N2,
CO, CO2, dan H2O.
Kemudian
gas yang meninggalkan secondary reformer ini diturunkan suhunya hingga 360°C
(680°F) pada heat recovery.
3.
Carbon
Monoxide (CO) shift
Gas keluaran dari
secondary reformer akan di proses selanjutnya pada tahap shift converter dengan
mengubah gas CO menjadi CO2, yang nantinya CO2 tersebut
akan dipisahkan pada tahapan proses selanjutnya. Terdapat 2 tahapan proses
shift converter, yaitu HTS (high temperature shift converter) dan LTS
(low temprature shift converter). Perbedaan dari 2 proses tersebut yaitu
terletak pada tekanan berjalannya reaksi, untuk HTS berlangsung dengan tekanan
tinggi dan LTS berlangsung dengan tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini
dikarenakan sebelum memasuki LTS, gas telah mengalami penurunan suhu oleh Heat
recovery.
Reaksi yang terjadi pada tangki
Shift Converter, sebagai berikut:
Ø
HTS
(high temperature shift converter):
CO(g) + H2O(g)
↔ CO2(g) + H2(g)
Reaksi berlangsung pada tekanan
30 atm, suhu antara 350°C hingga 450°C dengan bantuan katalis Fe2O3
dan Cr2O3.
Ø
LTS
(low temprature shift converter):
CO(g) + H2O(g)
↔ CO2(g) + H2(g)
Reaksi berlangsung pada tekanan
25 atm, suhu 250°C dengan bantuan katalis CuO dan N2O3.
Sehingga gas keluaran dari
shift converter yaitu H2, N2, CO2, H2O,
dan CO.
Kemudian selanjutnya masuk pada
separator untuk mengkondensasi dan memisahkan steam yang tidak bereaksi dari
gas. Baru selanjutnya masuk pada sistem absorbsi Karbondioksida.
4.
Carbon
Dioxide (CO2) removal
Pada tahap CO2
removal melewati 2 bagian proses yaitu CO2 absorption dan CO2
stripper. Tahap CO2 absorption untuk memisahkan gas CO2
yang berasal dari LTS (low temprature shift converter) dengan bantuan
senyawa larutan CO2 absorption yaitu larutan benfield (K2CO3).
Reaksinya sebagai berikut:
CO2(g) + K2CO3(g) + H2O(g) → 2
KHCO3(g)
Dari reaksi tersebut, gas CO2 direaksikan
bersama K2CO3 dan air akan menghasilkan produk senyawa
kalium bikarbonat (KHCO3). Selanjutnya senyawa kalium bikarbonat
(KHCO3) diteruskan pada tangki CO2 stripper. Tangki ini
berfungsi memisahkan KHCO3 dari CO2 sehingga akan
membentuk kembali larutan benfield (K2CO3) yang dapat
digunakan kembali pada CO2 absorption. Sedangkan untuk Gas CO2
dengan kandungan presentase 98,5 % bisa digunakan sebagai bahan baku kimia
industri lain seperti pupuk ataupun bisa juga dibuang ke udara .
Gas keluaran Carbon Dioxide (CO2)
removal adalah H2 , N2
dan CO yang selanjutnya diteruskan pada methanator.
5.
Methanation
Proses methanation
berfungsi mengubah gas CO menjadi Methana. Gas CO harus diubah karena CO mudah bereaksi
dengan katalis yang akan digunakan saat mensintesis N2 dan H2.
Reaksi tersebut sangat mengganggu karena menimbulkan hambatan pada proses
pembentukan amonia, oleh sebab itu reaksi tersebut harus dihilangkan.
Reaksi pada methanator dapat
dituliskan sebagai berikut:
CO(g) + 3
H2(g) ↔ CH4(g) + H2O(g)
Reaksi berlangsung pada tekanan 20 atm, suhu antara 200°C
– 250°C dengan tambahan katalis Cobalt-Molibdenium. Pada proses selanjutnya,
methana (CH4) yang dihasilkan dari reaksi tersebut tidak akan
bereaksi karena gas keluaran methanator hanya tersisa komponen pembuatan amonia
yaitu N2 , H2 , CH4 , H2O.
Proses pembuatan amonia
membutuhkan tekanan tinggi yaitu 135 atm. Sehingga untuk mencapai keadaan
tersebut, gas keluaran methanator harus melewati compressor.
6.
Ammonia
synthesis
Pada tahap akhir yaitu
tahap sintesis, proses sintesis gas dari methanator dikompres pada tekanan
13,800 - 34,500 kPa (2000 - 5000 psia) untuk kemudian didinginkan sampai 0°C
(32°F) pada ammonia refregeration. Yang bertujuan untuk Mengubah H2O
menjadi fasa cair. setelah gas keluar dari ammonia refregeration, tahap
selanjutnya diteruskan pada proses synthesis converters. Pada tahap ini
dilakukan pengubahan/mesintesis gas N2 dan H2 menjadi
amonia yang reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
N2(g)
+ H2(g) ↔
2 NH3(g)
Reaksi berlagsung pada suhu :
400 – 500°C , tekanan : 135 atm dengan bantuan katalis : Fe2O3.
Konversi reaksi pembentukan
Amonia hanya mencapai 12 %. Sehingga hasil amonianya tidak bisa langsung
didapatkan. Gas hasil keluaran dari synthesis converters (N2 , H2 , CH4 dan NH3) yang kemudian di compress
oleh compressor untuk menaikan tekanan dan masuk ke ammonia refrigeration untuk
mengubah NH3 dan H2O menjadi fase cair, kemudian diumpankan
ke flash gas untuk memisahkan gas CH4
dan merecovery gas H2.
Selama sintesis
pembuatan amonia, CH4 tidak ikut bereaksi sehingga jumlah masuk dan
keluar pasti sama. Untuk mencegah semakin bertambahnya CH4, maka dilakukan
recovery dengan jumlah komponen yang nantinya akan diteruskan ke purge
harus sama dengan jumlah komponen CH4
yang masuk pada tangki synthesis converters.
Gas hasil keluaran
flash tank sebagian yang berisi N2 , H2 dan CH4
akan kembali ke synthesis converters
untuk membentuk NH3. Kemudian sebagiannya lagi yang sudah mengandung
NH3 dan H2O akan diteruskan dari flash gas ke separtor.
Kemudian NH3 dan H2O
akan terpisah pada separator, dimana H2O akan terkondensasi dan NH3
akan keluar menuju storage. Proses tersebut akan terus menerus berputar untuk
menghasilkan NH3 yang dibutuhkan. Konsentrasi NH3 yang
dihasilkan memiliki kemurnian hingga 99%.
Komentar
Posting Komentar