PANAS PEMBAKARAN DERET ALKOHOL
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIS
PANAS PEMBAKARAN DERET ALKOHOL
I. Judul Praktikum
Panas Pembakaran Deret Alkohol
II. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat menetukan kalor pembakaran
deret normal alkohol.
III. DASAR TEORI
Reaksi kimia yang sangat cepat antara suatu senyawa dengan oksigen dan
menghasilkan kalor panas dan senyawa sisa dari reaksi tersebut dapat
didefinisikan sebagai reaksi pembarakan. Reaksi pembakaran dibedakan menjadi
dua macam: yang pertama yaitu reaksi pembakaran secara sempurna, reaksi
pembakaran secara sempurna yaitu reaksi yang tidak menghasilkan sisa reaktan
pada hasil produknya, jadi hasil yang keluar hanya produk saja dan tidak ada
reaktan yang tidak bereaksi keluar di hasil produk. Dan yang kedua yaitu reaksi
pembakaran tidak sempurna, reakasi pembakaran tidak sempurna yaitu terdapat
sisa reaktan pada hasil produk, ini disebabkan tidak semua reaktan yang
digunakan bereaksi sepenuhnya dengan oksigen (Kaleemullah, 2007).
Jumlah kalor yang didapat dari reaski antara suatu senyawa dengan dengan
oksigen secara sempurna pada keadaan temperatur tinggi adalah definisi dari
kalor pembakaran. Pada senyawa organik kalor pembakaran disampaikan sebagai besar kalor yang didapat
saat senyawa organik yang mengandung C (karbon), O (oksigen), H (hidrogen)
teroksidasi dan menghasilkan gas karbon dioksida dan air sebagai hasil
produknya. Sedangkan jika mengandung atom N (nitrogen) pada reaktannya atau
senyawa organik yang bereaksi akan mengahsilkan gas N2 (nitrogen) (Chang,
1998).
Q = m x
Cp x DT
Keterangan. :
Q. = Jumlah.kalor.(Joule)
m. = Massa.zat.(gram)
DT. =
Perubahan suhu.(suhu
akhir – suhu awal).
Cp.
= Kalor.jenis.zat.(
J/g K).
Kalor merupakan suatu energi panas yang berasal dari zat tertentu. Langkah
yang dilakukan untuk memastikan bahwa suatu zat memiliki kalor adalah dengan
mengukur suhu dari zat tersebut. Banyaknya kalor yang dimiliki suatu zat
ditunjukkan dengan suhu dari zat tersebut. Zat yang memiliki suhu yang rendah
maka zat tersebut akan memiliki kalor yang rendah juga. Begitu juga apabila
suatu zat memiliki suhu yang tinggi, maka zat tersebut akan memiliki kalor yang
tinggi juga. Ada beberapa faktor yang dapat memperngaruhi tinggi rendahnya suhu
suatu zat. Faktor – faktor tersebut meliputi jenis suatu zat, massa zat dan
terjadinya perubahan temperatur. (Petruci, 1987).
a. Massa Zat
Untuk menambah energi yang menggerakkan molekul atau atom
maka bergantung pada massa dari zat, massa yang besar dari suatu zat maka kalor
yang didapat semakin besar dan energi untuk menggerakkan molekul semakin besar.
b. Jenis zat
Massa jenis dari suatu zat memiliki nilai yang berbeda -
beda, sehingga jumlah atom atau molekulnya juga berbeda.
c. Perubahan Temperatur
Untuk.menaikan.suhu.zat.sebesar. 10oC sama dengan
sepuluh kali kalor yang dibutuhkan agar meningkatkan temperatur 1oC pada
massa.jenis zat.yang sama.memebutuhkan.kalor. (Bambang dan Tri,
2008).
Berdasarkan energi atau kalor yang dihasilkan dalam suatu reaksi, maka
reaksi dibedakan menjadi reaski eksotermis dan reaksi endotermis. Reaski
eksotermis merupakan reaksi yang melepaskan panas dari sisitem ke lingkungan.
Apabila reaski berlangsung pada temperatur yang tetap, maka entalpi reaksi akan
bernilai negatif dikarenakan jumlah panas dari sistem mengalami penurunan.
Sedangkan reaski endotermis yaitu reaksi yang sistemnya menerima panas dari
lingkungan dan memiliki nilai entalpi yang positif (Kaleemullah, 2007).
Reaksi Eksotermis :
H2.(g) + 1/2O2.(g).. →..H2O.(l) ΔH = - 578.kkal/mol
Reaksi Endotermis :
N2.(g) + O2.(g) → 2NO.(g)
ΔH = +180, 5.kkal/mol
Energi panas yang mengalir dari senyawa yang memiliki suhu yang tinggi ke
senyawa yang memiliki suhu yang rendah merupakan definisi dari kalor. Energi
itu kekal, tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan. Energi hanya dapat
berubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain,
sesuai dengan asas black yang menyatakan bahwa senyawa yang bersuhu
tinggi akan melepas energi (Q lepas) dan senyawa yang bersuhu rendah akan
mendapatkan energi (Q terima) dengan jumlah yang sama besar. Yang jika dibuat
dalam persamaan menjadi (Sukardjo, 2004) :
Q lepas = Q terima
(G / Mr) ΔHc = C. ΔT + m. c air (ΔT)
Keterangan :
-
G. :
Massa.alkohol.yang.terbakar.(G2. – .G1)
-
Mr. :
Massa.molekul.relatif.alkohol
-
ΔHc : Kalor.pembakaran.alkohol
-
C. :
Kapasitas.kalor
-
m. :
Massa.akuades.
-
c.air. : Kalor.jenis.air
-
ΔT : Selisih.suhu.akuades.mula–mula.dengan.sesudah.percobaan.
Jumlah energi dari sebuah sistem adalah entalpi. Biasanya
untuk menghitung panas (Q), dan kerja, jika suhu dan tekanannya diketahui dapat
menggunakan entalpi. Nilai perubahan entalpi dalam sebuah sistem dinyatakan
sebagai : Perubahan yang terjadi pada senyawa – senyawa reaktan yang bereaksi
menjadi produk dengan proses kimia merupakan penegrtian dari reaksi kimia (Otto
Sackur, 2018).
Besarnya enthalpi pembakaran dapat ditentukan dengan memakai asas black
yang mengatakan bahwa jumlah kalor yang dihasilkan sama dengan jumlah kalor
yang diserap. Dari persamaan untuk mencari kalor kita dapat menentukan nilai
kalor dari sebuah sistem, dari nilai tersebut kita dapat mentukan nilai entalpi
dari sebuah sistem tersebut. Dikarenakan
. ΔH = q.reaksi.
Alkohol merupakan senyawa hidrokarbon yang apabila
direaksikan dengan oksigen akan menghasilkan energi panas. Alkohol dengan
rantai alkil.pendek
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang sangat efektif. Alkohol
merupakan senyawa yang mudah terbakar oleh oksigen dan menghasilkan gas karbon
dioksida dan air disertai dengan energi panas. Reaksi antara bahan bakar etanol
dengan oksigen adalah salah satu contoh dari reaksi pembakaran sempurna
(Subhan, 2013):
C2H5OH.(l) + 3O2.(g) → 2CO2.(g) + 3H2O.(l) ΔH = - 1409, 25 kJ / mol
Gas karbon dioksida, air dan kalor pembentukan merupakan hasil produk dari
reaksi oksidasi unsur – unsur karbon dan hidrogen:
H2(g) + O2(g). → H2O (l). ΔH =.- 578.kkal./.mol
C.(s). + O2.(g). → CO2 (g). ΔH =.-94,4.kkal./.mol
Semua jenis senyawa alkohol yang tidak memiliki rantai di samping rantai
utama.cabang –OH berikatan dengan karbon primer seperti contohnya pada.metanol,.etanol,.n-propanol.dan seterusnya, ini
merupakan definisi dari deret normal alkohol. Jika rantai karbon dari deret
alkohol semakin panjang itu akan menyebabkan kalor.pembakarannya juga akan meningkat (Keenan, 1996).
IV. Alat dan Bahan
4.1
Alat
a. Beaker glass 100 ml
b. Termometer
c. Neraca analitik
d. Bunsen spiritus
e. Kaki tiga
f.
Kasa
4.2
Bahan
a. Metanol
b. Etanol
c. n-Propanol
V. CARA KERJA
1. Timbang beaker gelas 100 ml, kemudian beaker gelas diisi dengan
akuades sebanyak 50 mL pada suhu
kamar dan timbang beaker yang berisi akuades, sehingga akan diketahui massa akuades (m). Catat suhu kamar (T1)
dan massa akuades
(m).
2. Timbang bunsen kosong, kemudian isilah bunsen dengan n-propanol
(sebagai standar) sebanyak
25 ml dan timbang bunsen yang berisi n-propanol, sehingga akan diketahui massa n-propanol mula-mula (G1).
3. Nyalakan bunsen spiritus, panaskan beaker glass yang berisi
akuades dan aduk dengan
termometer sampai air mendidih. Catat suhu ini (T2).
4. Padamkan bunsen, kemudian bunsen ditimbang kembali. Dari sini akan diketahui banyaknya n-propanol yang terbakar (G2).
5. Mengulangi percobaan di atas dengan mengambil alkohol yang lain,
yaitu metanol, etanol,
n-butanol, dan n-pentanol.
Febri Adrian
Komentar
Posting Komentar