PANAS NETRALISASI
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIS
PANAS NETRALISASI
I. Judul Praktiku
Panas Netralisasi
II. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat menentukan ∆H
netralisasi dari reaksi suatu asam basa.
III. Dasar Teori
Ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
energi kimia dan energi panas adalah termokimia. Energi yang terkandung dalam
setiap unsur atau senyawa merupakan energi kimia. Dalam suatu sistem atau
lingkungan dapat terjadi perubahan energi (Atkins, 1990).
Secara umum, sistem terbagi menjadi 3 jenis :
1.
Sistem Terisolasi
Sistem yang tidak yang terjadi perpindahan energi dan
materi ke lingkungan adalah sistem terisolasi.
2.
Sistem Tertutup
Sistem yang terjadi perpindahan energi ke lingkungan,
tetapi tidak ada materi yang ikut berpindah ke lingkungan merupakan sistem
tertutup.
3.
Sistem Terbuka
Sistem yang materi dan energinya mengalami perpindahan ke
lingkungan merupakan sistem terbuka.
Kalor merupakan suatu energi panas yang berasal dari zat
tertentu. Langkah yang dilakukan untuk memastikan bahwa suatu zat memiliki
kalor adalah dengan mengukur suhu dari zat tersebut. Banyaknya kalor yang
dimiliki suatu zat ditunjukkan dengan suhu dari zat tersebut. Zat yang memiliki
suhu yang rendah maka zat tersebut akan memiliki kalor yang rendah juga. Begitu
juga apabila suatu zat memiliki suhu yang tinggi, maka zat tersebut akan
memiliki kalor yang tinggi juga. Ada beberapa faktor yang dapat memperngaruhi
tinggi rendahnya suhu suatu zat (Petruci, 1987).
Q = m x
Cp x DT
Keterangan :
Q = Jumlah kalor (Joule)
m = Massa zat (gram)
DT = Perubahan suhu (suhu akhir – suhu awal)
Cp = Kalor
jenis zat ( J/g K)
Menurut hukum kekekalan
energi, energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan. Energi bersifat kekal, artinya energi tidak akan hilang selama reaksi
berlangsung, tetapi energi hanya dikonversi menjadi bentuk energi lain. Apabila
suatu sistem diberi energi dalam bentuk panas, sistem tersebut akan melakukan
kerja :
W = p x DV.
Jika suatu sistem telah melakukan kerja, maka
sistem tersebut akan memiliki energi dalam (U) (Smith Van Ness, 2000).
Perubahan panas
yang terjadi pada reaksi asam basa merupakan panas netralisasi. Reaksi
netralisasi dihasilkan dari reaksi asam basa yang menghasilkan produk berupa
air (H2O) dan garam. Hal ini dikarenakan pada larutan asam kuat dan basa kuat
dengan mudah terdisosiasi sempurna dalam bentuk ion dalam larutan. Panas
netralisasi adalah jumlah panas yang dikeluarkan saat satu mol air (H2O) dan
garam terbentuk (Bird, 1993).
Dalam laboratorium
untuk menghitung panas netralisasi diukur menggunakan kalorimeter. Kalorimeter
adalah wadah tertutup yang dibuat dengan tujuan mengukur kalor dari dua larutan
yang dicampurkan. Kalorimeter yang digunakan adalah kalorimeter adiabatik. Kalorimeter
digunakan karena memiliki sifat yang menyerap panas, sehingga panas dari
larutan dapat terukur. Kalorimeter juga dapat menghitung kalor reaksi dan kalor
reaksi pembakaran pada tekanan tetap dari suatu larutan (Sukardjo, 2002).
Pemahaman mengenai kalor
jenis dan kapasitas kalor sanget penting terhadap pembahasan mengenai
kalorimeter pengukuran perubahan kalor. Jumlah kalor yang dibutuhkan satu gram
senyawa untuk meningkatkan temperatur 1˚C merupakan kalor jenis suatu senyawa. Sedangkan jumlah
kalor yang digunakan untuk meningkatkan temperatur sejumlah senyawa sebesar 1˚C merupakan kapasitas kalor suatu senyawa (Chang, 2004).
Jumlah
energi dari sebuah sistem adalah entalpi. Biasanya untuk menghitung panas (Q),
dan kerja, jika suhu dan tekanannya diketahui dapat menggunakan entalpi. Nilai
perubahan entalpi dalam sebuah sistem dinyatakan sebagai : Perubahan yang
terjadi pada senyawa – senyawa reaktan yang bereaksi menjadi produk dengan
proses kimia merupakan penegrtian dari reaksi kimia (Otto Sackur, 2018).
DH= H produk – H reaktan
Berdasarkan energi atau kalor yang dihasilkan dalam suatu
reaksi, maka reaksi dibedakan menjadi reaski eksotermis dan reaksi endotermis.
Reaski eksotermis merupakan reaksi yang melepaskan panas dari sisitem ke
lingkungan. Apabila reaski berlangsung pada temperatur yang tetap, maka entalpi
reaksi akan bernilai negatif dikarenakan jumlah panas dari sistem mengalami
penurunan. Sedangkan reaski endotermis yaitu reaksi yang sistemnya menerima
panas dari lingkungan dan memiliki nilai entalpi yang positif (Kaleemullah,
2007).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
a.
Kalorimeter
b.
Pipet ukur 25 ml
c.
Erlenmeyer 250 ml
d.
Beaker glass 500 ml
e.
Labu ukur 100 ml dan 500 ml
f.
Karet penghisap
g.
Stop wacth
h.
Termometer
4.2 Bahan
a. Larutan HCl 0.1, 0.2, 0.3, 0.4 dan 0.5 M
b. Larutan NaOH 0.6, 0.8 dan 1 M
c. Akuades
V. CARA KERJA
1. Membuat larutan HCl sebanyak 150 ml dengan konsentrasi 0.1 M dan ukurlah suhunya (T HCl).
2. Membuat larutan NaOH sebanyak 300 ml dengan konsentrasi 0.6 M dan ukurlah suhunnya (T NaOH).
3. Memasukkan larutan HCl dan larutan NaOH ke dalam calorimeter selanjutnya catat waktu (to) dan suhu saat terjadi perubahan suhu. Menghentikan pengadukan apabila suhunya telah konstan
selanjutnya catat
suhu akhir (T akhir).
4. Membuat kurva perubahan suhu terhadap waktu.
5. Menghitung panas netralisasi untuk setiap reaksi asam basa
menggunakan persamaan
2.
6. Mengulangi langkah 1 – 7 diatas dengan konsentrasi HCl dan NaOH
yang lain menggunakan.
Febri Adrian
Komentar
Posting Komentar