DIAGRAM ENTHALPY KONSENTRASI
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIS
DIAGRAM ENTHALPY KONSENTRASI
I. JUDUL PRAKTIKUM
Diagram Enthalpy Konsentrasi.
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat membuat Diagram Enthalpi –
Konsentrasi Larutan NaOH.
III. DASAR TEORI
Jumlah maksimal zat terlarut yang akan larut dalam
sejumlah pelarut tertentu dan suhu tertentu merupakan definisi dari kelarutan
(solubility). Ahli kimia membagi senyawa sebagai senyawa yang dapat larut,
senyawa yang sedikit larut dan senyawa yang tidak dapat larut kedalam konteks
kualitatif. Senyawa dapat didefinisikan dapat larut apabila sebagian besar
senyawa tersebut larut jika ditambahkan air. Jika tidak, senyawa tersebut
didapat dimasukkan kedalam sedikit larut atau senyawa tidak dapat larut. Semua
senyawa ionik yang termasuk dalam
elektrolit kuat memiliki daya kelarutan yang berbeda – beda (Chang, 2005).
Air merupakan pelarut yang paling umum dan sering
digunakan untuk melarutkan suatu senyawa dikarenakan air memiliki sifat khusus.
Salah satu dari sifat khusus yang dimiliki air yaitu air memiliki kemampuan
dapat melarutkan berbagai jenis zat. Akan tetapi air bukanlah pelarut yang
dapat melarutkan semua zat (pelarut universal), tetapi air dapat melarutkan
berbagai jenis senyawa ionik, melarutkan senyawa organik dan senyawa anorganik
yang polar dikarenakan air juga merupakan senyawa polar dan air juga dapat
melarutkan senyawa – senyawa yang memiliki kepolaran rendah (Wahyuni, 2013).
Untuk sistem yang dijaga pada volume konstan dimana tidak
ada kerja ekspansi atau jenis kerja lain apapun yang dilakukan, seluruh panas
yang dipasok pergi untuk mengubah energi internalnya. Ketika sistem bebas
mengubah volumenya melawan tekanan eksternal yang konstan, perubahan energi
internal tidak lagi sama dengan energi yang dipasok sebagai panas. Akibatnya,
sebagian dari energi yang disuplai digunakan oleh sistem untuk menempati volume
baru, energi yang digunakan sama dengan usaha yang dibutuhkan untuk “mendorong”
lingkungan melawan tekanan konstan. Akibatnya, ∆U < ∆Q. Namun, panas yang
disuplai pada tekanan konstan dapat diukur sebagai perubahan dalam sistem
termodinamika lain dari sistem yang kita sebut Enthalpi. Enthalpi dilambangkan
dengan H dan mungkin, yang paling banyak digunakan dari semua fungsi
termodinamika. Ini didefinisikan sebagai
H = U + PV (4.1)
Disini U adalah energi internal sistem, P tekanan absolut, dan V volume
sistem. Karena U, P dan V semuanya adalah fungsi keadaan, kombinasi apapun dari
keduanya juga harus merupakan fungsi keadaan. Oleh karena itu, enthalpi adalah
fungsi keadaan. Enthalpi dapat diperlakukan sebagai ‘energi total’ karena ia
mencangkup energi intrinsik yang dimilikinya (U) dan energi karena kemungkinan
ekspansi sistem atau energi yang dimiliki sistem karena ia menempati ruang (PV)
(Narayanan & Lakshmikutty, 2017).
Panas pelarutan adalah
panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol senyawa terlarut dalam n
mol senyawa pelarut pada keadaan suhu dan tekanan yang sama. Hal ini terjadi karena adanya ikatan kimia
dari atom – atom. Panas pelarutan terbagi menjadi dua jenis, yaitu panas pelarutan diferensial dan panas
pelarutan integral. Perubahan enthalpi yang terjadi jika dua zat murni atau
lebih pada kondisi standar dicampur dalam keadaan suhu dan tekanan konstan
untuk membuat suatu larutan merupakan definisi dari panas pelarutan. Perubahan
enthalpi saat suatu mol terlarut dilarutkan kedalam n mol pelarut adalah
enthalpi pelarutan integral. Jenis senyawa yang dilarutkan, jenis senyawa
pelarut, tekanan dan suhu tidak mempengaruhi dari panas pelarutan, tetapi panas
pelarutan dipengaruhi oleh konsentrasi larutan yang diinginkan (Alberty, 1992).
Kelarutan dipengaruhi oleh jenis senyawa pelarut, jenis
senyawa terlarut, ukuran partikel senyawa tersebut, suhu dan tekanan. Pengaruh
suhu bergantung dari panas pelarutan. Apabila panas pelarutan (∆H) bernilai negatif berarti kemampuan terlarut dari suatu
senyawa menurun dengan adanya kenaikan suhu. Jika panas pelarutan (∆H) bernilai positif berarti kemampuan terlarut dari suatu
senyawa meningkat dengan adanya kenaikan suhu. Tekanan tidak telalu berpengaruh
terhadap kemampuan terlarut dari senyawa berfase padat dan cair, akan tetapi
tekanan berpengaruh terhadap kemampuan terlarut dari senyawa yang berfase gas
(Sukardjo, 1997).
Dalam diagram konsentrasi-entalpi, entalpi larutan
biner diplotkan terhadap komposisi dengan suhu sebagai parameter. Tekanannya
konstan dan biasanya diagram pada satu tekanan atmosfer biasa digunakan. Komposisi
tersebut diwakili oleh fraksi mol atau fraksi massa zat terlarut. Seperti yang
ditunjukkan sebelumnya, entalpi larutan biner diberikan oleh:
H =
(x1 H1 + x2 H2) + ∆H (4.2)
Pada suhu dan tekanan tertentu,
entalpi H bergantung pada komposisi, entalpi komponen murni H1 dan H2,
dan panas pencampuran ∆H.
Komponen murni secara sewenang-wenang diberi entalpi mutlak nol pada status
referensi tertentu. Untuk air, kondisi referensi yang dipilih adalah air
titik tripel (-273, 16 K), sama seperti yang digunakan
pada tabel uap. Pilihan ini mengizinkan penggunaan nilai entalpi yang dibaca
dari tabel uap bersama dengan nilai dari grafik konsentrasi entahlpi tanpa
koreksi. Suhu referensi di mana entalpi zat terlarut diberi nilai nol tidak
perlu sama dengan yang diadopsi untuk air. Untuk zat terlarut seperti NaOH,
H2SO4, dll. 298, 15 k digunakan sebagai suhu acuan
di mana komponen tersebut memiliki entalpi nol. Entalpi dari komponen murni
tidak akan menjadi nol pada suhu selain suhu referensi. Entalpi ini diperkirakan
menggunakan kapasitas panas dari komponen murni. Entalpi larutan konstituen ini
setiap suhu adalah konsentrasi rata-rata tertimbang dari entalpi komponen murni
ditambah panas pencampuran pada komposisi. Namun, untuk larutan ideal, panas
pencampuran adalah nol dan entalpi larutan adalah rata-rata konsentrasi
tertimbang dari entalpi komponen murni, yang dapat diwakili oleh garis lurus
yang menghubungkan entalpi komponen murni. Panas pencampuran (panas berkembang
atau diserap ketika larutan terbentuk dari konstituennya) diberikan oleh jarak
vertikal antara garis lurus ini dan kurva konsentrasi entalpi (Narayanan &
Lakshmikutty, 2017).
IV. ALAT DAN BAHAN
4.1 ALAT
a. Kalorimeter
b. Termometer
c. Kaca Arloji
d. Neraca Analitik
e. Piknometer
f. Beaker Glass 600 ml
g. Gelas Ukur 100 ml
h. Stop Watch
i.
Hot Plate
4.2 BAHAN
a. Akuades
b. NaOH Kristal
V. CARA KERJA
1. Menghitung harga air kalorimeter kosong yang dipergunakan dengan
cara mencampur 50 ml
masing-masing air panas dan air dingin di dalamnya, dan hitung densitas masing- masing air. Catat suhu air panas dan
air dingin serta
suhu akhir campuran.
2. Menimbang masing-masing 10 gram, 15 gram, 20 gram,25 gram, 30 gram, 35 gram, dan 40 gram NaOH dengan teliti, menyiapkan dalam
kaca arloji, mencatat suhu
kamar.
3. Memasukkan 100 ml aquadest kedalam kalorimeter dan mencatat
suhunya.
4. Memasukkan masing-masing penimbangan NaOH ke dalam calorimeter dan mencatat suhu kalorimeter tiap 10 detik sampai suhu konstan. Timbang massa campuran.
5. Mengulangi pekerjaan (4) untuk penimbangan NaOH yang lain.
Kemudian mencari harga Enthalpinya
(HC.T).
Febri Adrian
Komentar
Posting Komentar